Pagi yang begitu dingin,
namun, aku harus bergegas ke sekolah untuk menimba ilmu. Oiya, kenalkan namaku
Sofia. Aku adalah siswi kelas 3 SMP yang mungkin kurang begitu populer di sekolahku.
Namun, hidupku menjadi begitu berwarna tat kala seorang siswi baru pindahan
dari Surabaya pindah ke sekolahku.
Yaah, dia adalah Risma. Dia seorang gadis
cantik,periang, baik pula. Dia duduk sebangku denganku. Aku juga sering berbagi
cerita dengannya.
Oiya,
hari ini adalah hari ulang tahunnya. Dengan penuh semangat aku segera beranjak
dari tempat tidurku yang empuk dan segera ke kamar mandi untuk mengambil air
wudhu. Setelah shalat, aku membereskan tempat tidurku. Dan bergegas menuju
kamar mandi. Selesai mandi, aku memakai seragam sekolahku, dan berangkat ke
sekolah dengan semangat bersama ayah dan adikku. Sesampainya di sekolah, aku
segera mencari Risma. Namun, dia tidak ada.
“hmm mungkin dia telat bangun
kali’” gumamku.
Waktu telah menunjukkan pukul
07:15. Beberapa menit lagi bel masuk akan berbunyi. Namun, Risma belum juga
datang. Tak biasanya dia datang terlambat seperti ini. “
“Atau mungkin penyakitnya…..”
gumamku kembali.
Namun, aku cepat-cepat menghapus
pikiranku itu, dan kembali fokus ke jam dinding yang ada di kelas.
Lama
aku menunggu, akhirnya bel pun berbunyi. Dan yang paling parah, Risma belum
juga datang. Padahal aku telah menyiapkan kado spesial untuknya.
“Mana mungkin juga penyakitnya
kambuh lagi , dia kan sudah sembuh setahun yang lalu. Atau dia memang tak mau
merayakan hari ulang tahunnya bersamaku?” Pikirku.
Tak berapa
lama setelah bel berbunyi, akhirnya datanglah Guru Matematika yang akan memberi
kami ulangan. Setelah salam, pak guru mengabsen kami satu per satu. Sampai di
nama Risma, tak ada yang menyahut. Tatapan pak guru langsung mengarah ke aku.
“Sofia, kemana Risma?” tanya pak
Guru
“ti.. tidak tau pak, saya juga
sudah menunggunya dari tadi pagi namun dia belum juga datang..” jawabku
“Anu pak, Sofia lagi izin dia
katanya Check up di Rumah Sakit di luar kota..” teriak Rini, teman yang duduk
di belakang Risma.
Pak
guru hanya terdiam sejenak menatap absennya. Lalu melanjutkan mengabsen murid
lain.
KRINGGG!!!!!!!!!
Bel pulang pun berbunyi
dan sampai jam,menit,dan detik ini pula aku belum mendengar kabar Risma. Rasa
sebal dan khawatir kini berkecamuk di dadaku. Aku merasa begitu sebal, karena
Risma tidak mengabari ku , dia hanya mengabari Rini. Padahal aku sudah lelah
menunggunya seharian. Namun, aku juga merasa khawatir dengannya, hmm namun buat
apasih merasa khawatir dengan orang yang tidak mempedulikan kita?.
Beberapa hari
kemudian, Risma akhirnya datang ke sekolah. Hari ini dia tampak begitu segar.
Dan kali ini dia memulai pembicaraan,
“Hay, Fi! Apa kabar? Aku kangen tau sama kamu” katanya dengan
begitu riang.
“……………………..” aku menghiraukan sapaannya.
“Fi, kamu marah yah? Maaf deh dengerin penjelasanku dulu.
Waktu itu akk..”
“Udah deh Ris, aku lagi males
mendengar ocehan kamu!!” kataku memotong pembicaraannya dengan nada sinis. Segera
aku beranjak dari kursi dan pura-pura tidak melihat dan mendengarkan Risma yang
memanggilku.
KRINGGG!!!
Bel masuk pun berbunyi, aku segera menuju tempat
dudukku dan mengambil buku pelajaran IPS. Namun, aku sengaja memisahkan meja
dari Risma. Aku masih merasa sebal dengannya karena persoalan beberapa hari
yang lalu.
Beberapa menit setelah pelajaran
berlangsung, aku melihat Risma dan Rini keluar dan meminta izin ke WC. Dan
sekali lagi aku menghiraukannya. Aku tau kok kalo dia sekarang sudah bersahabat
dengan Rini, dan mungkin dia juga sudah melupakanku.
Setelah
pulang, aku menemukan sebuah notes kecil di mejaku, dan isinya adalah
Dear Sofia
Maafin aku yah, mungkin ini terakhir kalinya aku minta maaf sama kamu.
Tertanda, Risma.
Namun,
lagi-lagi tak kuhiraaukan pesan dari Risma. Aku langsung menarik, merobek dan
kubuang ke tempat sampah.
Keesokan
harinya, aku tidak mendapati Risma di sekolah. Kata teman-teman sih, Kanker
Darahnya kambuh lagi. Aku pura-pura tidak peduli, namun aku merasa khawatir
dengannya.
Bel
pulang pun berbunyi, aku berbegas membereskan bukuku. Namun tak kusangka gelang
persahabatanku dengan Risma tiba-tiba putus.
“Hmm, mungkin tadi tersangkut di
buku kali, lagi pula Risma kan sudah tidak peduli lagi, dia sudah punya gelang
baru dengan sahabat barunya.” Gumamku.
Sesampaiku
di rumah, aku lalu menghempaskan diriku ke tempat tidurku, mencoba melupakan
semua kenanganku bersama Risma. Namun, aku tak tahu aku merasakan sesuatu yang
aneh hari ini. Aku selalu saja merasa tidak tenang. Tak lama aku berbaring di
tempat tidur, tiba-tiba Handphoneku berdering, aku segera mengambil dan melihat
ada panggilan masuk dari siapa. Dan ternyata dari Risma. Aku pun mengangkatnya,
“Halo, Assalamualaikum, kenapa lagi
Risma?” kataku sinis
“Waalaikum salam, nak ini ibunya
Risma, saya Cuma ingin mengabarkan bahwa kini Risma sudah tiada, dan dia
menitipkan surat untukmu..” jawab ibu Risma sambil tersedu-sedu.
Tangisku
seketika pula meledak, dan aku langsung mematikan telpon dari Ibu Risma. Aku
bergegas keluar rumah dengan pakaian seadanya dan menunggu angkot yang arah nya
menuju rumah Risma. Dan ternyata di depan rumah Risma telah terpampang bendera
kuning. Seketika aku langsung menangis histeris di depan keluarga Risma. Aku
begitu menyesal telah menyia-nyiakan saat terakhirnya. Aku yang seharusnya
berada di sampingnya, menenangkannya, dan bersamanya disaat dia sakratul maut.
Sahabat macam apa aku ini, hmm, namun kali ini tak ada gunanya lagi aku
menyalahkan diriku.
Setelah beberapa menit terdiam
dengan mata yang masih sembab, ibu Risma tiba-tiba mengagetkanku.
“Nak ini surat dari Risma dia
menitipkannya kepada ibu sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya” kata ibu
Risma sambil menyodorkan sepucuk surat.
Aku hanya bisa terdiam menatap
surat itu.
Setelah
pemakaman selesai, aku kembali ke rumah. Dan lagi-lagi saat melihat sepucuk
surat yang diberikan Risma aku tak kuasa menahan air mataku. Kubuka surat itu dengan
perlahan, kutatap tulisan Risma yang begitu indah dan rapi dan isi surat itu
adala
Dear Sofia
Fi,
maafin aku yah, waktu aku izin check up itu aku telfon ke hape kamu , tapi
tidak aktif, aku juga tidak tahu kenapa kamu marah denganku?
Tapi intinya aku sangat
sedih dengan semua ini. Karena kamulah sahabatku satu-satunya yang pernah ada.
Aku tahu kamu mengira aku
lebih memihak sama Rini bukan?
Terlebih lagi sewaktu aku ke kamar mandi bersamanya. Waktu itu aku ingin
mengajakmu, namun aku takut mengganggumu, karena aku tahu kamu masih marah sama
aku. aku juga tidak ingin mengganggu konsentrasi belajarmu karena waktu itu aku
lagi mimisan dan harus segera ke kamar mandi, jadi aku mengajak Rini.
Sekali lagi maafin aku yah
Fi,
Tertanda, Risma
Setelah membaca suratnya, aku baru
menyesal dengan semua perbuatanku terhadapnya. Dan di dalam amplop itu terselip
gelang persahabatanku dengannya. Dengan segera aku memasukkan surat terakhir
Risma ini di dalam kotak Kado berwarna Pink yang dulunya ingin kuberikan pada
Risma. GoodBye Risma semoga engkau tenang berada di sisi-Nya.
firdausquotes.blogspot.com
BalasHapus