Selasa, 15 Januari 2013

CERPEN : Surat Terakhir Dari Sahabat


Surat Terakhir dari Sahabat
Karya : Nabilah Biyanti


          Pagi yang begitu dingin, namun, aku harus bergegas ke sekolah untuk menimba ilmu. Oiya, kenalkan namaku Sofia. Aku adalah siswi kelas 3 SMP yang mungkin kurang begitu populer di sekolahku. Namun, hidupku menjadi begitu berwarna tat kala seorang siswi baru pindahan dari Surabaya pindah ke sekolahku.
Yaah, dia adalah Risma. Dia seorang gadis cantik,periang, baik pula. Dia duduk sebangku denganku. Aku juga sering berbagi cerita dengannya.
          Oiya, hari ini adalah hari ulang tahunnya. Dengan penuh semangat aku segera beranjak dari tempat tidurku yang empuk dan segera ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Setelah shalat, aku membereskan tempat tidurku. Dan bergegas menuju kamar mandi. Selesai mandi, aku memakai seragam sekolahku, dan berangkat ke sekolah dengan semangat bersama ayah dan adikku. Sesampainya di sekolah, aku segera mencari Risma. Namun, dia tidak ada.
“hmm mungkin dia telat bangun kali’” gumamku.
Waktu telah menunjukkan pukul 07:15. Beberapa menit lagi bel masuk akan berbunyi. Namun, Risma belum juga datang. Tak biasanya dia datang terlambat seperti ini. “
“Atau mungkin penyakitnya…..” gumamku kembali.
Namun, aku cepat-cepat menghapus pikiranku itu, dan kembali fokus ke jam dinding yang ada di kelas.
          Lama aku menunggu, akhirnya bel pun berbunyi. Dan yang paling parah, Risma belum juga datang. Padahal aku telah menyiapkan kado spesial untuknya.

“Mana mungkin juga penyakitnya kambuh lagi , dia kan sudah sembuh setahun yang lalu. Atau dia memang tak mau merayakan hari ulang tahunnya bersamaku?” Pikirku.
         

Tak berapa lama setelah bel berbunyi, akhirnya datanglah Guru Matematika yang akan memberi kami ulangan. Setelah salam, pak guru mengabsen kami satu per satu. Sampai di nama Risma, tak ada yang menyahut. Tatapan pak guru langsung mengarah ke aku.
“Sofia, kemana Risma?” tanya pak Guru
“ti.. tidak tau pak, saya juga sudah menunggunya dari tadi pagi namun dia belum juga datang..” jawabku
“Anu pak, Sofia lagi izin dia katanya Check up di Rumah Sakit di luar kota..” teriak Rini, teman yang duduk di belakang Risma.
          Pak guru hanya terdiam sejenak menatap absennya. Lalu melanjutkan mengabsen murid lain.
KRINGGG!!!!!!!!!
          Bel pulang pun berbunyi dan sampai jam,menit,dan detik ini pula aku belum mendengar kabar Risma. Rasa sebal dan khawatir kini berkecamuk di dadaku. Aku merasa begitu sebal, karena Risma tidak mengabari ku , dia hanya mengabari Rini. Padahal aku sudah lelah menunggunya seharian. Namun, aku juga merasa khawatir dengannya, hmm namun buat apasih merasa khawatir dengan orang yang tidak mempedulikan kita?.
             Beberapa hari kemudian, Risma akhirnya datang ke sekolah. Hari ini dia tampak begitu segar. Dan kali ini dia memulai pembicaraan,
“Hay, Fi! Apa kabar? Aku kangen tau sama kamu” katanya dengan begitu riang.
“……………………..” aku menghiraukan sapaannya.
“Fi, kamu marah yah? Maaf deh dengerin penjelasanku dulu. Waktu itu akk..”
 “Udah deh Ris, aku lagi males mendengar ocehan kamu!!” kataku memotong pembicaraannya dengan nada sinis. Segera aku beranjak dari kursi dan pura-pura tidak melihat dan mendengarkan Risma yang memanggilku.
KRINGGG!!!
Bel masuk pun berbunyi, aku segera menuju tempat dudukku dan mengambil buku pelajaran IPS. Namun, aku sengaja memisahkan meja dari Risma. Aku masih merasa sebal dengannya karena persoalan beberapa hari yang lalu.
Beberapa menit setelah pelajaran berlangsung, aku melihat Risma dan Rini keluar dan meminta izin ke WC. Dan sekali lagi aku menghiraukannya. Aku tau kok kalo dia sekarang sudah bersahabat dengan Rini, dan mungkin dia juga sudah melupakanku.
          Setelah pulang, aku menemukan sebuah notes kecil di mejaku, dan isinya adalah
Dear Sofia
Maafin aku yah, mungkin ini terakhir kalinya aku minta maaf sama kamu.
                                                                      Tertanda, Risma.

Namun, lagi-lagi tak kuhiraaukan pesan dari Risma. Aku langsung menarik, merobek dan kubuang ke tempat sampah.
Keesokan harinya, aku tidak mendapati Risma di sekolah. Kata teman-teman sih, Kanker Darahnya kambuh lagi. Aku pura-pura tidak peduli, namun aku merasa khawatir dengannya.
          Bel pulang pun berbunyi, aku berbegas membereskan bukuku. Namun tak kusangka gelang persahabatanku dengan Risma tiba-tiba putus.
“Hmm, mungkin tadi tersangkut di buku kali, lagi pula Risma kan sudah tidak peduli lagi, dia sudah punya gelang baru dengan sahabat barunya.” Gumamku.
          Sesampaiku di rumah, aku lalu menghempaskan diriku ke tempat tidurku, mencoba melupakan semua kenanganku bersama Risma. Namun, aku tak tahu aku merasakan sesuatu yang aneh hari ini. Aku selalu saja merasa tidak tenang. Tak lama aku berbaring di tempat tidur, tiba-tiba Handphoneku berdering, aku segera mengambil dan melihat ada panggilan masuk dari siapa. Dan ternyata dari Risma. Aku pun mengangkatnya,

“Halo, Assalamualaikum, kenapa lagi Risma?” kataku sinis
“Waalaikum salam, nak ini ibunya Risma, saya Cuma ingin mengabarkan bahwa kini Risma sudah tiada, dan dia menitipkan surat untukmu..” jawab ibu Risma sambil tersedu-sedu.
Tangisku seketika pula meledak, dan aku langsung mematikan telpon dari Ibu Risma. Aku bergegas keluar rumah dengan pakaian seadanya dan menunggu angkot yang arah nya menuju rumah Risma. Dan ternyata di depan rumah Risma telah terpampang bendera kuning. Seketika aku langsung menangis histeris di depan keluarga Risma. Aku begitu menyesal telah menyia-nyiakan saat terakhirnya. Aku yang seharusnya berada di sampingnya, menenangkannya, dan bersamanya disaat dia sakratul maut. Sahabat macam apa aku ini, hmm, namun kali ini tak ada gunanya lagi aku menyalahkan diriku.
Setelah beberapa menit terdiam dengan mata yang masih sembab, ibu Risma tiba-tiba mengagetkanku.
“Nak ini surat dari Risma dia menitipkannya kepada ibu sebelum dia menghembuskan nafas terakhirnya” kata ibu Risma sambil menyodorkan sepucuk surat.
Aku hanya bisa terdiam menatap surat itu.
          Setelah pemakaman selesai, aku kembali ke rumah. Dan lagi-lagi saat melihat sepucuk surat yang diberikan Risma aku tak kuasa menahan air mataku. Kubuka surat itu dengan perlahan, kutatap tulisan Risma yang begitu indah dan rapi dan isi surat itu adala
Dear Sofia
          Fi, maafin aku yah, waktu aku izin check up itu aku telfon ke hape kamu , tapi tidak aktif, aku juga tidak tahu kenapa kamu marah denganku?
          Tapi intinya aku sangat sedih dengan semua ini. Karena kamulah sahabatku satu-satunya yang pernah ada.
          Aku tahu kamu mengira aku lebih memihak sama Rini bukan?
Terlebih lagi sewaktu aku ke kamar mandi bersamanya. Waktu itu aku ingin mengajakmu, namun aku takut mengganggumu, karena aku tahu kamu masih marah sama aku. aku juga tidak ingin mengganggu konsentrasi belajarmu karena waktu itu aku lagi mimisan dan harus segera ke kamar mandi, jadi aku mengajak Rini.
          Sekali lagi maafin aku yah Fi,
                                                                    Tertanda, Risma

         

Setelah membaca suratnya, aku baru menyesal dengan semua perbuatanku terhadapnya. Dan di dalam amplop itu terselip gelang persahabatanku dengannya. Dengan segera aku memasukkan surat terakhir Risma ini di dalam kotak Kado berwarna Pink yang dulunya ingin kuberikan pada Risma. GoodBye Risma semoga engkau tenang berada di sisi-Nya.



1 komentar: